The Hon. Justice Stephen Burley and The Hon. Justice Michael O’Bryan.
Edited By Cecep Mustafa
Di banyak ruang sidang, saksi ahli datang seperti prajurit bayaran — satu di tiap kubu, lengkap dengan data, teori, dan istilah teknis. Misi mereka jelas: mempertahankan posisi kliennya. Hasilnya? Pertempuran kecerdasan yang sering kali mengubur kebenaran di balik lapisan retorika dan kepentingan.
Namun di Pengadilan Federal Australia, kisahnya berjalan berbeda. Bukan lagi duel, melainkan dialog. Bukan lagi pertunjukan, melainkan pencarian pemahaman. Di sini, pengadilan memperlakukan bukti ahli bukan sebagai arena adu kepintaran, melainkan sebagai perjalanan bersama mencari kebenaran — dan dengan itu, mereka mengubah budaya litigasi itu sendiri.
Dari Lawan Menjadi Rekan Berpikir
Di Australia, proses pembuktian ahli tidak dimulai dengan pertentangan, tetapi dengan kesepakatan. Pengadilan sendiri yang menentukan apakah keterangan ahli dibutuhkan, dalam bidang apa, dan berapa banyak ahli yang boleh dihadirkan. Tujuannya bukan menumpuk pendapat, melainkan menajamkan penalaran. Satu ahli yang kredibel sering kali lebih berharga daripada sepuluh yang berpihak.
Sebelum persidangan, setiap ahli wajib menyerahkan laporan tertulis yang menjelaskan kesimpulan dan logika di balik pendapatnya. Tidak ada retorika, tidak ada asumsi tersembunyi — hanya penalaran yang jernih. Lalu, sesuatu yang luar biasa terjadi: para ahli yang sebelumnya berada di kubu berlawanan diminta untuk duduk bersama dalam sebuah pertemuan pra-sidang yang disebut conclave.
Dalam ruang itu, tidak ada pengacara, tidak ada klien, tidak ada audiens — hanya para ahli dan komitmen diam untuk kejujuran intelektual. Mereka berdiskusi, berdebat, dan mengidentifikasi titik-titik kesepakatan serta perbedaan. Hasilnya adalah laporan bersama — sebuah dokumen yang menyapu kabut konflik dan menyisakan inti persoalan yang sesungguhnya.
Hot-Tubbing: Mandi dalam Kerendahan Hati
Kemudian tibalah pada praktik yang menjadikan Australia contoh bagi dunia — yang dikenal dengan istilah “hot-tubbing.” Namanya terdengar ringan, tapi maknanya mendalam.
Dalam proses ini, para ahli dari bidang yang sama memberikan keterangan bersama-sama, duduk berdampingan di hadapan hakim. Mereka berbicara berdasarkan daftar perbedaan dari laporan bersama, sementara hakim bertindak sebagai moderator yang menjaga ketertiban dan fokus. Pengacara boleh bertanya, tetapi hanya dalam batas substansi — bukan untuk berakrobat argumentatif.
Yang terjadi bukanlah silang periksa, melainkan percakapan. Para ahli saling menanggapi, menjelaskan alasan, bahkan terkadang — mengubah pendapatnya. Di banyak sistem hukum, mengakui kesalahan dianggap kekalahan. Di Australia, itu justru dipandang sebagai kemenangan — tanda bahwa kebenaran telah menundukkan ego.
Kehadiran rekan seprofesi dalam ruang yang sama membuat siapa pun enggan melebih-lebihkan. Tak ada yang ingin dipermalukan di depan sejawatnya sendiri. Karena itu, hot-tubbing bukan hanya memperjelas fakta — tetapi juga mengembalikan martabat pengetahuan dalam proses hukum.
Hakim sebagai Murid Penalaran
Di pusat semua ini berdirilah sang hakim — bukan sebagai sosok serba tahu, melainkan sebagai pembelajar yang rendah hati. Hakim-hakim Australia memahami bahwa dalam bidang-bidang seperti ekonomi, kedokteran, atau teknik, otoritas pengetahuan ada pada ahlinya. Tugas hakim bukan menandingi ilmu mereka, tetapi menguji logika di baliknya.
Hakim mendengarkan, menelusuri, dan menimbang kekuatan argumen — bukan sekadar terpukau oleh gelar atau reputasi. Dalam kasus yang sangat kompleks, pengadilan bahkan dapat menunjuk seorang assessor — ahli independen yang duduk di samping hakim untuk membantu memahami aspek teknis perkara. Ini bukan tanda kelemahan, melainkan wujud kerendahan hati epistemik: pengakuan bahwa keadilan paling kokoh ketika pengetahuan dan nurani berjalan beriringan.
Etika dalam Kebenaran
Model Australia berdiri di atas landasan moral yang kuat. Setiap ahli yang memberikan keterangan di pengadilan harus bersumpah bahwa kesetiaannya adalah kepada pengadilan, bukan kepada kliennya. Mereka bukan advokat berkedok ilmuwan, melainkan penyampai kebenaran bagi keadilan.
Para hakim memegang teguh prinsip ini. Jika seorang ahli bertindak partisan, kesaksiannya dapat dikesampingkan — dan hal itu akan dicatat secara terbuka dalam putusan. Bagi seorang profesional, itu bukan hanya kekalahan hukum, tetapi juga luka reputasi. Pesannya jelas: kredibilitas adalah mata uang keahlian, dan tak boleh dipertaruhkan demi kepentingan.
Pelajaran di Luar Australia
Ada filsafat hening di balik semua ini — yang pantas direnungkan di luar konteks Australia. Hukum, pada hakikatnya, adalah upaya manusia memahami kebenaran di tengah ketidakpastian. Namun terlalu sering kita keliru: mengira otoritas adalah pengetahuan, dan advokasi adalah kebijaksanaan.
Pengalaman Australia mengingatkan kita bahwa keadilan tidak membutuhkan kesempurnaan, hanya kejujuran. Bahwa hakim tak harus menjadi ilmuwan, tetapi harus mau belajar. Bahwa ahli tak perlu sempurna, tetapi harus berani meragukan diri sendiri.
Dalam tarian halus antara hukum dan pengetahuan ini, kerendahan hati menjadi kebajikan tertinggi. Ruang sidang bukan lagi arena perang, melainkan ruang belajar. Perbedaan bukan lagi sumber konflik, melainkan pintu menuju dialog. Maka, pencarian keadilan menemukan kembali napasnya — bukan dalam kekakuan, melainkan dalam refleksi.
Cermin bagi Kita Semua
Mungkin, bagi banyak sistem hukum yang masih terjebak dalam ritual adversarial, pendekatan Australia terdengar utopis. Tapi justru idealisme-lah yang menjaga hukum tetap manusiawi.
Ketika pengadilan berani belajar, dan para ahli berani berkata benar — bahkan melawan pihaknya sendiri — keseimbangan keadilan bergeser ke arah yang lebih terang. Hukum pun tidak lagi sekadar kumpulan aturan, tetapi menjadi perjalanan hidup menuju keadilan dan pemahaman. Dan pada akhirnya, pelajarannya sederhana namun menggugah:
Hakim yang rendah hati dan ahli yang jujur adalah duet paling berbahaya bagi ketidakadilan — bukan karena mereka tahu segalanya, tetapi karena mereka tak pernah berhenti mencari kebenaran.