Apakah pergulatan batin merupakan hukuman dari suatu kejahatan? Itulah pertanyaan yang coba dijawab Dostoyevsky dalam karyanya yang dalam bahasa Inggris berjudul “Crime and Punishment”. Buku ini bukan hanya sekadar novel romansa Rusia seperti yang populer pada zamannya. Dostoyevsky menawarkan pembaca untuk tidak larut dalam ombak romansa yang memabukkan, melainkan membuka mata akan sisi kelam manusia serta masyarakat tempat ia hidup.
Moralitas, iman, pergulatan batin akan dosa, hukuman, penebusan, serta penderitaan yang merupakan keniscayaan pada hidup manusia lengkap disajikan oleh Dostoyevsky dalam buku ini. Ia memang dikenal lewat karya-karyanya yang suram serta kerap menjadikan sisi terdalam manusia dari suatu individu sebagai bahan kajian. Dengan cakap dan elegan, Dostoyevsky membungkus cerita psikologi kriminal yang menegangkan menjadi kisah yang menarik, dengan bumbu-bumbu romansa, yang memang digunakan sebagai bahan pelengkap sekaligus ‘alat peledak’ dalam bukunya.
Cerita bagaikan balada ini hadir menggunakan sudut pandang orang ketiga, yang menangkap sosok Raskolnikov sebagai tokoh utama di layar imajinasi pembaca. Fokus utama buku ini dinarasikan melalui Raskolnikov, seorang mahasiswa miskin di St. Petersburg, dengan pergulatan batinnya pasca melakukan pembunuhan atas dasar motif moralitas serta tekanan ekonomi. Penelusuran melalui narasi keniscayaan konsekuensi moral atas tindakan melanggar hukum menggambarkan kontradiksi sekaligus hubungan antara hukum manusia dan hukum hati nurani pada tiap individu yang hidup. Simbolisasi Raskolnikov sebagai manusia dengan hukuman moral yang tak terhindarkan dibenturkan dengan sosok Sonya, sebagai representasi kasih, iman, dan pengorbanan.
Kota St. Petersburg yang digambarkan sumpek dan kelam a la film noir dalam buku ini juga menjadi simbol alienasi manusia—yang memang sering pula diadaptasi pada film noir di kemudian hari—dari masyarakat di sekitarnya. Latar tersebut juga acapkali diwarnai dengan dialog filosofis yang merupakan manifestasi dari isi kepala abstrak dalam pergulatan batin pada realisme psikologis seorang Raskolnikov.
Lalu, apa sebenarnya yang ingin disampaikan Dostoyevsky melalui buku ini? Jika kita membaca dengan seksama, kita akan menyadari bahwa Dostoyevsky hendak menyampaikan perihal intelektualisme yang tidak memiliki fondasi moral dapat jatuh ke dalam sumur kegelapan yang menakutkan. Hanya cinta, iman, dan moralitas yang sehat dapat menarik kita dari sumur tersebut. Lalu dari sisi sosial, kritik Dostoyevsky ditujukan kepada ketimpangan sosial dan permasalahan keadilan yang terus menggerogoti masyarakat dari jantungnya. Permasalahan yang kerap dialami setiap individu juga bercampur aduk dalam buku tersebut, seperti eksistensialisme, moralitas agama, serta ide mengenai kebebasan serta tanggung jawab.
Karya Kejahatan dan Hukuman sebenarnya kurang tepat jika disandingkan dengan novel kriminal lainnya. Akan lebih tepat bila disandingkan dengan novel perjalanan spiritual karya Paulo Coelho. Relevansinya terhadap dunia modern yang begitu kuat menjadikan buku ini abadi dan tak lekang oleh zaman. Dostoyevsky berhasil menghadirkan sebuah gambaran bahwa sesungguhnya suatu hukuman bukan datang dari luar diri manusia, namun justu berasal dari hati nurani tiap individu. (MFW)
Maria Fransiska Walintukan
Hakim Yustisial BSDK Mahkamah Agung RI