Close Menu
Suara BSDKSuara BSDK
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

October 11, 2025

Melampaui Positivisme: Dekonstruksi Nurani Hakim dan Arsitektur Putusan Lingkungan Inovatif untuk Keadilan Ekologis yang Membumi

October 10, 2025

Refleksi Kritis: Mengembalikan Marwah Widyaiswara dalam Ekosistem Pendidikan dan Pelatihan

October 10, 2025
Instagram YouTube
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Home » Perang Dingin di Taman Bunga
Satire

Perang Dingin di Taman Bunga

September 29, 20253 Mins Read
Share
Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp
Post Views: 31

Kakek Rudi dan Kakek Surya adalah dua orang kakek yang rumahnya bersebelahan. Mereka berdua adalah veteran dalam hal bertanam bunga. Kakek Rudi, dengan gaya militernya yang masih kental, mengatur tanamannya bak barisan tentara—rapi, teratur, dan disiram tepat pukul 06.00. Sementara Kakek Surya, si seniman, menanam bunganya dengan gaya ‘bohemian’—semrawut tapi penuh warna, mengikuti kata hatinya.

Permusuhan mereka dimulai dari satu hal sepele: seekor siput.

Suatu pagi, Kakek Rudi menemukan daun mawar kesayangannya yang hijau dan sempurna, telah bolong dimakan siput. Matanya yang tajam segera menangkap jejak lendir silver yang mengarah ke taman Kakek Surya. Baginya, ini jelas sabotase!

“Sur!” teriaknya dari balik pagar, “Awas ya, kalau ada ‘mata-mata’ darimu yang masuk ke wilayahku lagi, akan kuambil tindakan tegas!”

Kakek Surya yang sedang asyik menyanyikan lagu untuk bunganya hanya melengos. “Mungkin itu siputnya lebih suka suasana yang tertib, Rud. Coba kau nyanyi untuk mereka, biar hatinya lembut.”

Pertengkaran itu merembet ke hal-hal lain. Jika Kakek Rudi membeli pot baru yang besar, esok harinya Kakek Surya akan membeli gembor penyiraman yang lebih modern. Jika Kakek Surya berhasil membuat bunga sepatunya mekar lebat, Kakek Rudi akan memamerkan anggrek langka yang “hanya cocok untuk kalangan tertentu”.

Suatu hari, bencana datang. Badai menerjang kawasan mereka di malam hari. Keesokan paginya, kedua taman itu hancur berantakan. Pot-pot pecah, bunga-bunga tercabut, dan daun-daun berantakan. Kedua kakek itu keluar rumah hampir bersamaan, wajah mereka pucat melihat kehancuran yang terjadi.

Kakek Rudi, dengan tangan bergetar, memunguti satu per satu pecahan pot kesayangannya. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu di antara reruntuhan taman Kakek Surya: pot keramik bergambar burung merak, hadiah dari almarhumah istrinya, kini pecah berkeping-keping. Dia tahu betapa Kakek Surya menyayangi pot itu.

Tanpa banyak bicara, Kakek Rudi berbalik, masuk ke rumahnya, dan keluar membawa lem dan sebuah pot geranium merah muda yang masih utuh. Dia mendekati pagar.

“Sur,” katanya, suaranya serak. “Ini… untuk mengganti yang pecah. Dan… aku punya lem kuat.”

Kakek Surya memandanginya lama. Lalu, dengan mata berkaca-kaca, dia membuka pintu pagu. “Aku juga punya ampas teh untuk membersihkan daun-daun yang kotor. Lebih ampuh dari kimia-kimiaanmu itu.”

Hari itu, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, kedua kakek itu bekerja sama. Kakek Rudi dengan presisi dan ketelitiannya, menyusun kembali pot-pot yang bisa diselamatkan. Kakek Surya dengan pengetahuannya yang dalam tentang tanah dan tanaman, merawat akar-akar yang rusak.

Sambil bekerja, mereka bercerita. Kakek Rudi bercerita bahwa istrinya dulu yang suka menanam geranium. Kakek Surya bercerita bahwa pot burung merak itu dibeli di pasar loak saat ia dan istranya masih pacaran.

Taman mereka akhirnya pulih, tapi dengan wajah baru. Kakek Rudi menyisipkan beberapa tanaman warna-warni ala Kakek Surya di antara barisan tanamannya yang rapi. Kakek Surya, di sudut tamannya, membuat sebuah barisan bunga yang tertata rapi, “seksi khusus untuk menghormati sang jenderal,” katanya.

Mereka masih berdebat, tentu saja. Tapi sekarang topiknya berbeda.

“Rud, kopimu terlalu pahit! Aku kasih sedikit gula, ya?”
“Jangan berani-beraninya, Sur! Itu kopi perang, harus tetap pahit seperti semangat!”
Tapi akhirnya, Kakek Rudi tetap membiarkan Kakek Surya memasukkan sepotong gula batu ke dalam cangkirnya, sambil menggerutu pelan.

Mereka sadar, persaingan selama ini hanyalah cara mereka yang kikuk untuk mengisi kekosongan. Dan di usia senja mereka, seorang rival yang akhirnya menjadi sahabat, adalah bunga paling indah yang bisa tumbuh di taman kehidupan mereka

Disten Noort
Pengembang Teknologi Pembelajaran BSDK MARI


Share. Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp
Demo
Top Posts

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

October 11, 2025

Kelas Inpirasi : Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Hukum Keadilan

May 16, 2024

Badan Strajak Diklat Kumdil Gelar Donor Darah dalam Rangka HUT RI dan HUT MA RI Ke-80

August 21, 2025
Don't Miss

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

By SuaraBSDKOctober 11, 2025

Bogor, 10 Oktober 2025 – Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Teknis Peradilan Badan Strajak Diklat…

Melampaui Positivisme: Dekonstruksi Nurani Hakim dan Arsitektur Putusan Lingkungan Inovatif untuk Keadilan Ekologis yang Membumi

October 10, 2025

Refleksi Kritis: Mengembalikan Marwah Widyaiswara dalam Ekosistem Pendidikan dan Pelatihan

October 10, 2025

Judicial Well-Being: Fondasi Tersembunyi Keadilan

October 10, 2025
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Top Trending
Demo
Contact Us

Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Hukum dan Peradilan
Mahkamah Agung RI

Kantor: Jl. Cikopo Selatan Desa Sukamaju, Kec. Megamendung
Bogor, Jawa Barat 16770

Telepon: (0251) 8249520, 8249522, 8249531, 8249539

category
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Connect US
  • Instagram
  • YouTube
  • WhatsApp
Aplikasi Internal
Logo 1 Logo 2 Logo 3
Logo 4 Logo 5

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.