Syamsul Arief
Bertemu dengannya ketika kali pertama saya tiba di kampus Badiklat MA tiga tahun lalu. Namanya Suwaryo,SH. MM. Ada yang memanggil Waryo tapi milenial dan genzi Pusdiklat Teknis MA memanggilnya Aryo. Dia senang dengan panggilan yang terakhir, terdengar asoy dan sepertinya akronim dari Arjuno Ora Loyo: Aryo.
Meskipun tua jelang tiga tahun purna waktu itu, Pak Aryo demikian saya memanggilnya adalah kelapa matang cokelat merona. Dia adalah santan daging tebal kelapa yang diparut perlahan semerbak wangi virgin coconut oil. Bibirnya mengulum senyum tertahan tanda puas jika hasil foto dan editan videonya saya sebut “paten kali foto dan videomu pak Aryo”.
Aryo teliti dalam mengambil gambar dan video. Dia tidak sekolah fotografi. Dia belajar sendiri. Kotak-katik kamera cekrek buru citra gambar peristiwa. Aryo cocok bekerja dibagian itu sebagai Kasubag Fasilitas Pusdiklat Teknis BSDK MA. Dia bangun pagi-pagi tergopoh dalam pakaian rapi, membukuk serta berlari jika barang-barang kiriman untuk persediaan kelengkapan administrasi datang. Ikut mengunjal dan menurunkan dari mobil box kiriman vendor. Dia gesit ikut memastikan para peserta diklat dari berbagai daerah datang ceck in di pagi hingga sore hari di kantor kami Badan Strategi Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan MA.RI. Aryo memang Arjuno Ora Loyo.
Aryo tidak ngopi, suatu ketika saya tawarkan kopi simanalagi asal mandaling yang selalu kucari saban pagi . Dia menolak : “Pak asam lambungku naik lagi jika serumput kopi”, ucapnya seperti biasa tanpa basa-basi. Lalu kutawarkan teh chamomile. Kalau soal teh ini dia tidak menolak memang Aryo nagih kali. Teh chomomile menu kami di cakap pagi. Kami berbincang sebagai sahabat tidak ada hubungan hirarki. Saya menjelaskan bahwa teh herbal yang pak Aryo minum itu harganya mahal sekali. “5 juta harganya pak jika diminum di puncak Rinjani”, ujarku sambil mengamati wajahnya. Dia tersedak dari awalnya serius belok tergelak. Saya menjelaskan Teh yang kami minum terbuat dari bunga kering tanaman chamomile asal romawi yang memiliki aroma khas spartan kali. Dipercaya sebagai herbal membantu tidur nyenyak, meredakan stres, melancarkan pencernaan, dan meningkatkan kekebalan tubuh. “Teh ini bukan obat buntu pak, sekedar melupakan bokek kita hari ini”, Aryo menimpali dan kami tertawa bersama.
Aryo memiliki cita-cita yang sama menjadikan Badiklat MA RI selalu indah berseri dan menghasilkan kader-kader MA RI cerdas berintegritas dan tangguh. Dia senang melihat peserta diklat berbaris rapi. Berlari dan melompat di giat senam dan outbond pagi hari. Itu sebabnya jika saya perhatikan jika di pelatihan sertifikasi hakim pada kelas outbond atau visit lapangan dia selalu gercep membantu mengangkat, memotret, teriak, koordinasi sampai larut malam mengedit lagi. “Saya senang jika hakim-hakim ini kuat, tangguh dan cadas pada mind, soul dan body”, ucap Aryo sambil menunjuk peserta diklat berbaris dalam kalimat yang pas cocok bagai rima pantun berakhiran “i”.
Sahabat, atasan dan anakbuah semua senang dengan pejabat ASN eselon IV seperti ini. Dimas dan Akmal anak baru 2 tahun lalu itu saya minta Aryo yang langsung mengadernya. Seperti chef ahli dia tidak mengajarkan keduanya bagaimana memasak telor dadar mata sapi. Aryo langsung mengajarkan menu steam ikan baramundi. Dari cara menyusuri punggung berjari, sirip berduri hingga menyayat daging putih berseri mentah pun yumy bergizi.
Aryo membuka Kamera Canon EOS 200D dan Nikon D5600 lalu menunjuk 2 kamera itu. “Kau tengok itu kamera, tidak ada gunanya keduanya, jika tidak hidup dan tidak kamu fungsikan maksimal”, ucap Pak Aryo bergaya Chef Juna berwajah sengak kali dihadapan anak baru pagi-pagi. Aryo menjelaskan tentang tidak pedulinya dia soal merk kamera. Buatnya yang penting hasil jempretan kamera jangan kehilangan momentum, merekam sudut yang pas, gambar memiliki nilai cerita dan yang penting segera di posting dengan editan dan narasi menarik hati. Aryo langsung praktekan bagaimana mengambil foto berita, foto features, foto sosok, foto alam dan foto bergerak. Tapi yg lebih penting Aryo mengajarkan adalah edit setelahnya. Didepan monitor besar ruang kerjanya dia membuka aplikasi Canva, Photoshop hingga Coreldraw mengajarkan dua anak muda sok-sok’an itu untuk membuat gambar dramatik, flyer hingga video teaser. Aryo bak Salt Bae menjelaskan bahwa kegiatan memotret dan mengedit seperti memasak steam baramundi. Mengiris bawang putih, menggeprek jahe, mengiris daun bawang. Jangan lupa kecap asin dan rahasianya ada di minyak wijen. Menyiapkan pyrek untuk memasak. Lalu rebusan air yang sudah dicampur dengan bumbu itu bercampur bersama baramudi yang sudah disiram lemon dan garam lumat menyatu. “Kakap putih itu punya nilai lebih dengan cita rasa boi setelah dimasak bercampur bumbu dengan api yang bernalar”, ajar Aryo didepan Dimas-Akmal anak didik bersungut takzim.
Pak Aryo 1 November 2025 kemarin memasuki usia purna tugas, 58 Tahun pungkas. 36 tahun bekerja lelaki kelahiran 1967 itu jenis lelaki yang tidak banyak drama, optimis dan bergembira. Dia memang sudah menyadari sejak awal bahwa masa tugas sebagai ASN ada batas waktunya. Itu sebabnya dia menikmati saja masa-masa akhir tugasnya seperti masa-masa awal pengabdiannya. Dia tidak mengusik orang lain, dia bukan tipe makhluk yang suka menggibahi orang dan species lain dalam penilaian buruk sehingga perlu di cegah dan diperangi. “Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan, masing-masing khas dengan karakternya masing-masing. Perbedaan itu justru menjadi penanda alangkah hebatnya yang mampu mencipta species demikian”, ujar pak Aryo terakhir dalam perjamuan chomolile denganku. “Pak besok saya pensiun, semoga saya tetap sehat. Ajak saya jika bapak ke Gede Pangrango, Semeru dan Rinjani. Saya ingin muncak sambil meneguk chomomile mahal ini”, ucap pak Aryo dalam senyum dikulum.
Beruntunglah Pak Aryo menjalani hidup dalam kebersahajaan. Dia bukan jenis makhluk yang setiap menit minta dipuji, berupaya minta validasi, narsistik personality disorder dan semacamnya, terserahlah. Aryo sesungguhnya Plato yang menyukai harmoni. Karena harmoni itu sesungguhnya keadilan. Selamat memasuki purna tugas Pak Aryo. Pesiunan mah bebas pak, berdagang ikan Teri di lapak pasar pagi, tafakur di gunung Kawi, senda gurau di Curug Gunung Puteri, jual saham di pasar komoditi, hingga puas berbahagia memotret istri dan anak-anak sendiri.


