Close Menu
Suara BSDKSuara BSDK
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • Video

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Pulau Weh: Riwayat Tentang Ombak, Batu Karang, dan Para Pengembara

28 November 2025 • 20:01 WIB

Pray for Sumatera — Doa, Empati, dan Solidaritas untuk Saudara Kita yang Terdampak Bencana

28 November 2025 • 16:42 WIB

JEJAK API YANG TAK BISA BERBOHONG

27 November 2025 • 15:05 WIB
Instagram YouTube
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • Video
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • Video
Home » Membedah Konsep Mistikekologi Di Antara Rumpun Mangrove Pangandaran
Artikel

Membedah Konsep Mistikekologi Di Antara Rumpun Mangrove Pangandaran

14 November 2025 • 23:57 WIB7 Mins Read
Share
Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp

Pesisir Pangandaran yang dikenal sebagai salah satu magnet ekonomi di Wilayah Provinsi Jawa Barat sekaligus juga memiliki daya tarik wisata. Lokasi ini menjadi lokasi pilihan Bastrajak Diklat Kumdil (BSDK) melakukan Evaluasi Kegiatan Tahun 2025. Tidak hanya evaluasi, dalam kesempatan kegiatan tersebut juga dilakukan aktivitas Penanaman 1000 Pohon Mangrove dengan tema lestarikan alam selamatkan  masa depan. Dalam kesempatan tersebut Kepala Badan Strajak Diklat Kumdil ketika memberikan sambutan menyebut diksi mistikekologi. Lalu sejenak hadirin dan tamu undangan yang hadir mengeryitkan dahi, indikasi bingung atas istilah ini. Sebenarnya apa yang dimakud Bapak Dr. Syamsul Arief, S.H., M.H dengan istilah mistikekologi? Mari kita kupas makna dan hakekat dari istilah ini.

Mangrove yang ditanam di pesisir Desa Cibenah Pangandaran bukan hanya ada sebagai sebuah pohon belaka melainkan juga pohon mangrove tersebut turut membawa simbol (semiotika) bahwa keberadaannya adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan, memberikan manfaat ekologis sekaligus ekonomis. Kemudian apa hubungannya dengan istilah mistikekologi? Mistik dan ekologi adalah dua kata yang membangun istilah mistikekologi sehingga menjadi oxymoron. Kata mistik dalam KBBI setidaknya dimaknai sebagai dua makna yakni 1) subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf; suluk, dan 2) hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia. Definisi yang tersedia di dalam KBBI tersebut kurang pas untuk bisa menjelaskan istilah mistik yang dimaksud oleh tulisan ini. Oleh sebab itu saya coba bnagun sendiri saja berangkat dari makna mistis yang sudah ada tersebut agar menjadi pas. Mistik dapat dimaknai sebagai sesuatu pengetahuan yang belum berkembang dan belum lengkap tentang sesuatu hal. Akibatnya orang cenderung mengkaitkan ketidaktahuannya, kekurangcukupan informasi tentang objek tersebut dengan hal yang belum bisa diuji secara ilmiah maupun mengkaitkannya dengan sebab-sebab sebagai hal yang ajaib. Di Indonesia, akibat kelambanan informasi maupun di lain sisi juga merupakan kearifan lokal (local wisdom) dari leluhur nenek moyang kita untuk menanamkan nilai kepada anak-cucunya sering menggunakan ungkapan yang sulit dimengerti maksudnya secara lugas. Misalnya ungkapan pohon yang ada penunggunya, maupun ungkapan ikan-ikan yang ada di sumber air atau sungai adalah peliharaan jin atau hantu. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, tingkat pendidikan, semakin dekat dan mudahnya akses informasi menjadikan nilai-nilai kearifan lokal yang awalnya digunakan oleh leluhur kita untuk menjaga ekosistem dengan ungkapan mistik. Harapannya adalah agar anak-cucunya tidak menebang pohon secara sembarangan, menjaga alam tetap lestari, kemudian ungkapan ikan-ikan yang ada di sumber air atau sungai adalah peliharaan jin atau hantu memiliki maksud agar anak-cucunya tidak mengambil ikan secara rakus. Ikan di sumber air adalah kunci sumber air tersebut tetap terjaga dan terus menerus mengeluarkan air.

Baca Juga  Edukasi Dibalik Penanaman Pohon Mangrove Di Pantai Tanjung Cemara

Belakangan akibat pengaruh dari modernitas, banyak kemudian muncul manusia yang mencoba menguji kearifan lokal yang terbungkus mistik tersebut. Apakah ini salah? tentu tidak, hanya saja upaya yang mempersoalkan keilmiahan kearifan lokal yang digunakan oleh leluhur kita yang terbungkus mistik akan salah dipahami dan mengantarkan pada pemahaman yang keliru. Hal yang terjadi kemudian adalah kecenderungan labelisasi ilmiah vs non ilmiah, modern vs tradisional, religius vs klenik/mistik padahal apabila generasi sekarang mau sedikit berpikir lebih jauh, lebih dalam, dan lebih arif, tidak semua logika mistika ini buruk.

Itu baru ulasan mengenai diksi mistik. Diksi ekologi memiliki makna  menurut KBBI adalah Ilmu tentang hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya. Definisi ini sudah cukup bagus dan pas. Sebelum saya melanjutkan penjelasan ini saya berikan dulu disclaimer bahwa saya tidak bermaksud menyalahkan atau membenarkan logika mistika hanya saja saya mengkaitkannya demi maksud membangun argumentasi untuk memahami apa yang dimaksud oleh konsep mistikekologi. Kenapa ini perlu saya sampaikan? Singkatnya untuk menghindarkan diri dari persoalan lain yang berkelindan kepadanya, karena jika tidak, kita akan terjebak pada kelindan persoalan yang keruh sehingga akan menjadikan pandangan yang tidak jernih. Dalam dunia akademis, bisa dipahami keadaan yang sangat antipati terhadap hal yang dianggap mistis maupun klenik. Berkenaan dengan itu saya duga akan ada banyak resistensi konsep mistikekologi karena berkaitan dengan ketidaksetujuan mereka atas hal mistik. Mudahnya karena mereka tidak setuju dengan diksi mistik, maka apa pun hal yang terkandung di dalamnya termasuk dampak tersembunyi kelestarian alam/lingkungan menjadikan celah untuk menyatakan ketidaksetujuan/penolakan.

Baik saya lanjutkan, semoga ketidaksukaan atau ketidaksetujuan tidak memberi kabut pada kejernihan pikiran untuk dapat menerima kebenaran yang tersembunyi. Ungkapan yang dianggap takhayul tadi memiliki kaitan erat dengan fungsi ekologi yakni upaya untuk melindungi lingkungan dari penebangan pohon secara ceroboh, musnahnya atau mengeringnya mata air akibat ikan-ikan pelengkap ekosistemnya yang ditangkap oleh manusia. Fenomena bagaimana berkembangnya ilmu pengetahuan yang akhirnya menggerus kearifan lokal budaya, dengan ditantangnya pembuktian takhayul pada aspek yang dulu diaggap sakral akhirnya menjadikan petaka. Di kampung saya di Sleman, sekitar awal tahun 2000an masih mudah ditemukan mata air yang tiada pernah kering sepanjang tahun, namun akibat sikap ilmiah ini, tempat-tempat seperti itu tidak lagi dianggap tempat yang sacral. Kemudian hasilnya air dan pohon dieksploitasi besar-besaran, ikan-ikannya ditangkap, yang hasilnya kini banyak sumber air tersebut kering, tak terurus, bahkan dialihgunakan menjadi hunian karena tak lagi menganggapnya sakral.  Ikan-ikan dulu disakralkan yang artinya  tidak boleh diambil, lalu diambil dengan cara yang eksploitatif. Pohon yang dulu terstigma angker karena ada penunggunya akhirnya ditebang dengan mudah dan tanpa pertimbangan karena terbukti tidak ada penunggunya.

Baca Juga  “Nyanyian Owa dan Langkah Para Penjaga Hukum”

Padahal pohon dan alam filosofinya tidak dapat dilihat hanya kepada keberadaannya sebagai pohon belaka, ia merupakah simbol yang tidak hanya sebatas tumbuhan yang tumbuh ke atas melainkan keberadaanya bisa bergerak kemana saja, kepada aspek penyeimbang lingkungan, aspek mendatangkan nilai ekonomis, aspek daya tarik pariwisata, hingga menyumbang oleh apa yang banyak orang kini sebut dengan istilah Carbon Trading yang menjaga lapisan ozon tetap aman serta menekan efek rumah kaca. Karena manfaatnya yang besar, hal ini mulai disadari oleh kalangan anak muda khususnya dari kalangan mahasiswa/i yang terdidik, di daerah Sleman dan Gunung Kidul mulai dilakukan penanaman pohon di tempat yang dulu menjadi mata air, melepasliarkan ikan wader dan ikan uceng di aliran-alirang yang berasal dari sumber mata air tersebut. Lalu perlahan lokasi tempat dulu mata air tersebut berada mulai mengeluarkan air lagi walaupun belum masif seperti dulu.

Mistikekologi merupakan manifestasi budaya kearifan lokal leluhur nenek moyang kita yang menggunakan selubung mistik dan kesakralan guna melindungi kelestarian alam merupakan artikulasi budaya yang dijaga turun temurun oleh masyarakat demi keberlansungan lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini sempat mendapat tantangan karena dianggap tidak ‘rasional’ maka dilanggarlah semua itu. Untuk itu Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan (BSDK) menjadikan momentum evaluasi kegiatan tahun 2025 untuk turut menjaga kelestarian alam di pesisir Pangandaran yang juga lekat dengan mistikekologi Laut Kidul dan Mitos Nyi Roro Kidul Penguasa Laut Kidul. Mudah-mudahan dengan konsep mistikekologis lahan dan tanaman mangrove dianggap angker, ada penunggunya, serta agar Penguasa Laut Kidul tidak murka, lahan mangrove akan terlindungi dan bisa tumbuh besar menjadi rumah biota laut, penahan abrasi, dan juga meminimalisir dampak buruk gelombang air laut pasang. Pada akhirnya pemaknaan atas konsep mistikekologis tidak terdistorsi pada sisi mistisnya, melaikan bisa mendatangkan wawasan (insight) untuk terus menjaga lingkungan agar tetap lestari. Jangan sampai dengan sikap rasional kemudian menyepelekan alam yang kemudian ikut berkontribusi pada bencana ekologis di Indonesia. Kalau mata air yang rusak dan pohon yang tertebang bisa dilakukan reboisasi dan cipta kondisi untuk mengembalikannya sekalipun butuh waktu panjang, lalu bagaimana mengembalikan perbukitan dan gunung yang dihancurkan untuk membangun infrastruktur, Bagaimana kita kembali menyelamatkan laut kalau sudah tercemar? Sekali lagi konsep Mistikekologis bisa menjadi jawaban untuk menghindari potensi bencana ekologis di masa depan apabila keseimbangan ekologis terus dijaga.

Dr. Agus Digdo Nugroho, S.H. M.H.
Dr. Agus Digdo Nugroho, S.H. M.H. Pusat Strategi Kebijakan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung

Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Suara BSDK, Follow Channel WhatsApp: SUARABSDKMARI

lingkungan
Share. Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp

Related Posts

Pulau Weh: Riwayat Tentang Ombak, Batu Karang, dan Para Pengembara

28 November 2025 • 20:01 WIB

Pray for Sumatera — Doa, Empati, dan Solidaritas untuk Saudara Kita yang Terdampak Bencana

28 November 2025 • 16:42 WIB

JEJAK API YANG TAK BISA BERBOHONG

27 November 2025 • 15:05 WIB
Demo
Top Posts

Pray for Sumatera — Doa, Empati, dan Solidaritas untuk Saudara Kita yang Terdampak Bencana

28 November 2025 • 16:42 WIB

Menjalin Jejak Kolaborasi Hijau: BSDK dan Departemen Kehakiman AS Bahas Kerja Sama Pelatihan Penegakan Hukum Satwa Liar

26 November 2025 • 19:14 WIB

Putusan yang Tak Bisa Dibacakan di Surga

26 November 2025 • 13:48 WIB

BSDK MA Gelar Pelatihan Filsafat Hukum untuk Hakim: Kelas Eksklusif Bagi Para Pencari Makna Keadilan

25 November 2025 • 12:16 WIB
Don't Miss

Pulau Weh: Riwayat Tentang Ombak, Batu Karang, dan Para Pengembara

By Redpel SuaraBSDK28 November 2025 • 20:01 WIB

Di ufuk utara Nusantara, Pulau Weh berdiri seperti batu karang agung yang sejak abad ke-16…

Pray for Sumatera — Doa, Empati, dan Solidaritas untuk Saudara Kita yang Terdampak Bencana

28 November 2025 • 16:42 WIB

JEJAK API YANG TAK BISA BERBOHONG

27 November 2025 • 15:05 WIB

Menjalin Jejak Kolaborasi Hijau: BSDK dan Departemen Kehakiman AS Bahas Kerja Sama Pelatihan Penegakan Hukum Satwa Liar

26 November 2025 • 19:14 WIB
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Top Trending
Demo
Hubungi Kami

Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Hukum dan Peradilan
Mahkamah Agung RI

Kantor: Jl. Cikopo Selatan Desa Sukamaju, Kec. Megamendung
Bogor, Jawa Barat 16770

Telepon: (0251) 8249520, 8249522, 8249531, 8249539

Kategori
Beranda Artikel Berita Features Sosok
Filsafat Roman Satire SuaraBSDK Video
Connect With Us
  • Instagram
  • YouTube
  • WhatsApp
Aplikasi Internal
Logo 1 Logo 2 Logo 3 Logo 3
Logo 4 Logo 4 Logo 4 Logo 5 Logo 5

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.