Close Menu
Suara BSDKSuara BSDK
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

October 11, 2025

Melampaui Positivisme: Dekonstruksi Nurani Hakim dan Arsitektur Putusan Lingkungan Inovatif untuk Keadilan Ekologis yang Membumi

October 10, 2025

Refleksi Kritis: Mengembalikan Marwah Widyaiswara dalam Ekosistem Pendidikan dan Pelatihan

October 10, 2025
Instagram YouTube
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Suara BSDKSuara BSDK
Deskripsi Gambar
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Home » A N O M A L I
Roman

A N O M A L I

Bagian Kesatu - Cerita Bersambung - D.Y. Witanto
October 8, 20257 Mins Read
Share
Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp
Post Views: 35

Kegaduhan di Pagi Hari

Sinar mentari menyelinap masuk ke celah jendela. Cahayanya menebarkan kesejukan di pagi yang sempurna. Mataku seakan tertusuk oleh kilauan sinarnya yang begitu tajam. Aku bangkit dari pembaringan dan membuka gorden yang menutup rapat jendela hingga selarik cahaya menyilaukan masuk menembus ke dalam kamar dengan leluasa.

Aku tidak membuang kesempatan itu. Kugeser pintu kaca lebar-lebar dan berjalan menuju balkon yang terletak di belakang kamar. Aku duduk di kursi tepat menghadap ke arah matahari. Kubiarkan sinarnya perlahan merambat di sekujur tubuhku. Partikel-partikel alami dari cahaya itu menyelinap masuk hingga ke dalam pori-pori dan mengangkat sebuncah butiran-butiran keringat.

Kupejamkan kedua mataku untuk merasakan hawa hangat yang mulai menyelimuti hingga ke seluruh bagian tubuhku. “Subhanallah, sungguh kemewahan yang tiada tara.” Ucapku dalam hati seraya memuji keagungan
Sang Pencipta. 

Tidak berselang lama, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari balkon sebuah kamar di pojok arah selatan. Seorang perempuan muda berpakaian serba putih berlari ke luar balkon sambil berteriak meminta tolong. Tidak berselang lama, perempuan itu kembali masuk ke dalam kamar.

Aku tersentak kaget. Rasa penasaran mulai merasuk batinku. “Apa gerangan yang telah terjadi?” Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju ke luar kamar. Beberapa orang terlihat berlarian ke sebuah kamar di
sudut lorong.

Dua orang laki-laki terlihat menggendong seorang bapak tua yang tubuhnya bersimbah darah masuk ke dalam lift, sedangkan di belakangnya seorang perempuan muda berpakaian serba putih penuh dengan bercak darah
digelandang masuk melalui pintu lift yang lain.

Orang mulai berkerumun di lorong tersebut, mereka mulai memperbincangkan hal yang tak kumengerti. Tapi firasatku mulai tidak enak, karena wajah-wajah mereka seperti terlihat sangat panik.

“Pasti sesuatu telah terjadi dengan penghuni kamar tersebut” gumamku dalam hati.
“Bukankah perempuan itu yang tadi aku lihat di balkon kamar memintatolong?”
“Apa sebenarnya yang telah terjadi?”
“Apakah dia telah melakukan pembunuhan?”
“Tapi kenapa dia meminta tolong, jika memang dia pelakunya?” Banyak pertanyaan yang muncul di benakku, tapi aku tidak mendapatkan jawaban apapun.
“Ah sudahlah ini bukan urusanku” ucapku dalam hati.

Kemudian aku kembali ke kamarku. Di perjalanan menuju kamar, seorang petugas keamanan hotel berpapasan denganku, rasa penasaran akhirnya memaksaku untuk bertanya kepadanya.

“Ada peristiwa apa Mas?” Tanyaku sambil mengarahkan telunjuk ke arah kamar yang terletak di sudut lorong.
Si petugas hotel seperti enggan untuk menjawab, mungkin ia khawatir jika menyampaikan yang sebenarnya, para tamu hotel yang lain akan merasa takut.
“Maaf, saya kurang tahu Pak” jawabnya singkat.
Saya hanya terdiam melihat si petugas yang bergegas cepat meninggalkanku yang masih diliputi oleh rasa penasaran.


Tiga bulan kemudian…
Assalamualaikum, ijin masuk Pak! Ucap seorang pegawai pengadilan yang bernama Soleh, ia seorang panitera pengganti.
Waalaikumsalam, silahkan masuk pak Soleh. Ada berkas perkara baru ya?

“Iya Pak”
”Perkara apa?”
“338 Pak”
“Waduh, ko saya baru tugas di sini sudah dikasih perkara pembuhunanya” ucapku sambil tersenyum. Pak Soleh hanya manggut-manggut sambil membalas senyumku.
“Ini berkasnya Pak, sekalian dengan penetapan penahanannya saya sudah lampirkan di berkas.” Kata Pak Soleh sambil menyerahkan setumpuk map berwarna merah. Aku mengambil berkas yang disodorkan Pak Soleh.
“Oh terdakwanya perempuan ya?” Tanyaku kepada Pak Soleh.
“Betul pak, masih muda, usianya baru 22 tahun”
“korbannya?”
“Kalau tidak salah sih, orang tua Pak, dia seorang pengusaha kaya.”
“Oh gitu, baiklah kita sidangkan hari Kamis depan saja ya?”
“Baik Pak, semua formulir penetapannya sudah saya siapkan di dalam berkas ya Pak” ucap Pak Soleh sambil menyodorkan beberapa helai kertas kepadaku.”

Aku membaca masing-masing lembar kertas tersebut, setelah ku pastikan tidak ada kesalahan, aku bubuhkan tanda tangan di bagian lembar terakhir penetapan tersebut.

“Ok, saya akan baca dulu berkasnya, besok tolong diserahkan ke hakim anggota yang lain ya, supaya dibaca juga sama mereka.”
“Baik pak” jawab Pak Soleh.

Pak Soleh kemudian berpamitan dan pergi meninggalkan ruangan.


Di sudut sebuah cafe, aku duduk sendirian. Suasana ruangan begitu riuh dengan suara pengunjung yang saling bersahutan. Tidak lama berselang seorang pelayan menghampiri dengan membawa sebuah buku menu.

“Mau pesan apa Pak?”
“Hot Cappucino, tanpa gula.”
“Baik Pak, ditunggu sebentar ya.”
Kemudian si pelayan pergi dan tidak beberapa lama dia sudah kembali dengan membawa secangkir cappucino.
“Silahkan pak, kalau nanti ada tambahan pesanan, dipanggil saja ya Pak.”
“Ok, makasih.”

Lima menit berlalu, aku menikmati kehangatan cappucino dari racikan Kopi Arabica Gayo. Aku telah lama menjadi pecandu kopi, hingga aku paham jenis kopi apa tanpa harus melihat bungkusnya. Aroma dan rasa kopi sudah begitu lekat di saraf-saraf lidah dan hidungku hingga aku bisa dengan cepat tahu apa jenis kopi dan dari mana asalnya.
Aku membuka tas selendang yang sebelumnya tergeletak di samping kursi. Kuambil sebuah tablet berukuran 10 inchi. Pelan-pelan kubuka beberapa catatan. Saking asiknya, aku sampai tidak menyadari seorang laki-laki paruh baya telah duduk di depanku.

“Maaf Mas, boleh aku ikut duduk di sini, soalnya semua kursi yang lain penuh.” Ucap dia kepadaku.
‘Oya, silahkan” jawabku dengan sedikit kaget, karena tidak menyadari ada orang yang telah duduk di depanku.
‘Tadi saya sengaja ngga tegur dulu, karena sepertinya Mas sedang asik sekali.”
“ Iya maaf Pak, saya kebetulan sedang membaca sebuah tulisan dari teman saya dan tulisannya cukup menarik.” Jawabku.
“Ya sudah silahkan dilanjut bacanya Mas”
“Kebetulan sudah selesai, hanya artikel singkat saja.”
“Kalau boleh tau tentang apa Mas?”
“Tentang restoratif justice”
“Apa tuh?” terlihat dia seperti penasaran.
“Tentang keadilan yang didasarkan pada pendekatan pemulihan bagi pihak korban”
“Maksudnya?” Dia semakin terlihat penasaran.
“Misalnya, dalam kasus penganiayaan yang korbannya mengalami luka, maka penyelesaiannya dilakukan dengan cara si pelaku membiayai pengobatan si korban”

Laki-laki itu terlihat manggut-manggut mendengar penjelasanku. Tapi kemudian ia bertanya kembali.

“Mas seorang lawyer ya?”
Saya menggelengkan kepala.
“Jaksa?”
“Bukan Pak, saya Hakim” jawabku dengan agak sedikit ragu memberikan indentitas sebenarnya kepada orang yang baru kukenal.
“Oh ternyata saya sedang bicara dengan Yang Mulia, maaf ya kalau saya kurang sopan” ucap dia sambil tersenyum.
“Ah enggak usah seperti itu Pak, kita di sini sama-sama sebagai penikmat kopi” jawabku sambil mengambil cangkir kopi di atas meja untuk kuteguk.
“Ya, ya, benar itu, profesi kita di sini sama, sebagai pecandu kopi” ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Kami kemudian tertawa bersama seakan sudah lama saling mengenal, hingga seorang pelayan menghampiri ke meja kami. Bapak mau pesan apa? Tanya si pelayan kepada laki-laki yang duduk di depanku.

“Saya americano no sugar ya”
“Baik Pak” jawab si pelayan sambil membalikan tubuhnya untuk menyiapkan kopi yang dipesan. Tidak berselang lama, kopinya sudah terhidang di depan meja.
“Ngomong-ngomong Bapak kerja di mana?” Tanyaku kepadanya.
“Saya dokter spesialis kandungan di rumah sakit seberang cafe ini” jawabnya sambil tangannya menunjuk ke luar. Aku menolehkan wajah ke arah yang ditunjuknya.
“Wah, pantesan Bapak terlihat awet muda” jawabku sambil tersenyum.
“Memangnya kenapa Mas?”
“Ya, kalau dokter kandungan kan pasti setiap hari selalu dapat hiburan” jawabku sambil tertawa. Dia spontan ikut tertawa juga.

“Ya begitulah. Tapi karena kita terlalu sering melihatnya, bahkan dari orang yang berbeda-beda, itu sebenarnya kurang bagus bagi seorang laki-laki.”
“Lho kenapa, bukannya malah jadi banyak pengalaman?” tanyaku penasaran.
“Mas jangan berfikir bahwa ketika kita melihat organ intim perempuan saat melakukan observasi seperti ketika kita menonton film dewasa. Apa yang dilakukan oleh seorang dokter kandungan itu sudah seperti menjadi rutinitas pekerjaan, sehingga menimbulkan kejenuhan dan itu tidak baik buat selera seksual kita”
“Wah, kenapa bisa begitu Pak?”
“Banyak dokter kandungan yang gairah seksualnya hilang akibat rutinitas pekerjaannya yang selalu berkaitan dengan organ intim perempuan, sehingga ketika berhubungan dengan istrinya justru seperti sedang memperlakukan pasiennya.”
“Oh begitu ya?”
“Ya begini saja lah, pada umumnya penjual roti dia biasanya sudah nggak doyan lagi dengan roti, karena merasa bosan setiap hari melihat roti”
“Terus kalau Bapak bagaimana?” Tanya ku sambil tersenyum.
“Kalau saya sih tipe penjual roti yang tetap doyan sama roti” jawab dia sambil tertawa terbahak-bahak. Akupun spontan terpingkal-pangkal mendengar ucapannya.

“Oya, kita sudah panjang lebar ngobrol sampai ke masalah jualan roti, tapi kita belum sempat kenalan” ucapku sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
“Oh iya, benar juga, saking serunya kita membicarakan roti sampai lupa untuk berkenalan.”
“Nama saya Tantowi, panggil saja Tanto” ucapku.
“Saya Irwan” jawabnya.
“Oya, sepertinya saya harus balik ke kantor lagi Pak”
“Sama, saya juga harus kembali ke rumah sakit, kapan-kapan kita ngopi lagi ya, nanti kita ngobrol lebih jauh lagi tentang jenis-jenis roti.” Ucapnya sambil tertawa.
“Oke siap” jawabku semangat.
“Saya rutin ngopi di sini, kalau ngga jam istirahat, biasanya sebelum pulang ke rumah saya sempatkan ngopi dulu di sini”
“Baik Pak, sampai ketemu lagi” jawabku.

Kami berjalan menuju ke luar, kemudian kami berpisah di lorong parkir. Aku kembali menuju ke kantor, sedangkan Dia berjalan menuju ke rumah sakit yang terletak di seberang jalan.

… Selanjutnya
Bagian Kedua “Sepasang Mata Terdakwa”

Share. Facebook Twitter Threads Telegram WhatsApp

Related Posts

Kejahatan dan Hukuman karya Fyodor Dostoyevsky

September 23, 2025
Demo
Top Posts

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

October 11, 2025

Kelas Inpirasi : Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Hukum Keadilan

May 16, 2024

Badan Strajak Diklat Kumdil Gelar Donor Darah dalam Rangka HUT RI dan HUT MA RI Ke-80

August 21, 2025
Don't Miss

Lindungi Masa Depan Anak, Hakim Peradilan Agama Asah Keahlian Penanganan Perkara Dispensasi Kawin

By SuaraBSDKOctober 11, 2025

Bogor, 10 Oktober 2025 – Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Teknis Peradilan Badan Strajak Diklat…

Melampaui Positivisme: Dekonstruksi Nurani Hakim dan Arsitektur Putusan Lingkungan Inovatif untuk Keadilan Ekologis yang Membumi

October 10, 2025

Refleksi Kritis: Mengembalikan Marwah Widyaiswara dalam Ekosistem Pendidikan dan Pelatihan

October 10, 2025

Judicial Well-Being: Fondasi Tersembunyi Keadilan

October 10, 2025
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Top Trending
Demo
Contact Us

Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Hukum dan Peradilan
Mahkamah Agung RI

Kantor: Jl. Cikopo Selatan Desa Sukamaju, Kec. Megamendung
Bogor, Jawa Barat 16770

Telepon: (0251) 8249520, 8249522, 8249531, 8249539

category
  • Beranda
  • Artikel
  • Berita
  • Features
  • Sosok
  • Filsafat
  • Roman
  • Satire
  • SuaraBSDK
  • Video
Connect US
  • Instagram
  • YouTube
  • WhatsApp
Aplikasi Internal
Logo 1 Logo 2 Logo 3
Logo 4 Logo 5

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.