Perkenalkan nama saya Feriansyah, tahun depan genap 10 tahun pengabdian saya menjadi honorer Pengadilan Negeri Tanjungkarang. Alhamdulillah bulan lalu kami diangkat menjadi Pegawai dengan Perjanjian Kerja (P3K). Dalam aturan UU katanya kami adalah ASN. Kami berterimakasih atas perhatian Negara dan MA pada nasib kami. Sebenarnya saya tidak terlalu peduli dengan istilah honorer, P3K, ASN atau apapun istilahnya. Bagi saya, istri dan anak yang terpenting adalah gaji dan kesejahteran saya meningkat. Terimakasih Pak Ketua MA terimakasih Pak Sesma.
SK saya waktu awal diangkat menjadi honorer di Pengadilan ini tertulis bertugas sebagai PRAMUBAKTI. Saya bekerja melayani apapun yang diperintahkan pimpinan, hakim dan aparatur pengadilan di kota Bandar Lampung ini. Tugas saya beragam, mulai dari pekerjaan administratif, perawatan kebersihan dan fasilitas, hingga pelayanan dasar untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Sampai-sampai dulu ada Ketua Pengadilan Negeri kami yang sangat kami cintai itu menyebut fungsi pekerjaan kami ini dengan istilah “PSK”. Singkatan dari Pekerja Semua Kena. Sebab dimatanya nasib kami bekerja apa saja, kapan saja dimana saja dan tidak boleh menolak, rela dan bergembira. Beliau tidak sedang membully waktu itu tapi justru menyemangati kami karena memang sering mengapresiasi kami.
Lalu saya dipercaya menangani pekerjaan dibelakang layar monitor komputer dari mulai tugas pengetikan standard sistem operasional microsoft windows, sampai kemudian saya mengembangkan sendiri pengetahuan aplikasi-aplikasi teknologi informasi. Saya dan beberapa teman saya entah dimana mereka kini (datang dan pergi mungkin tidak tahan dipekerjaan tak pasti ini – waktu itu). Mengurusi keriuhan CTS (Case Track System) cikal bakal SIPP hingga SIP, JDIH, e-Litigasi, e-court, e-BIMA, E-Berpadu, hingga pengelolaan web dan media sosial. Sekaligus kami juga menjalankan fungsi sebagai Pramubakti: membantu bersih-bersih kantor, menyiram taman hingga jaga malam selaku sekuriti. Pergi pagi pulang pagi lanjut lagi setiap hari. Tapi kami bergembira. Kami dekat dengan hakim-hakim dan aparatur peradilan lainnya. Mereka sahabat kami.
Pengabdian Tenaga IT Pengadilan
Di era transformasi digital saat ini, pelayanan publik tak lagi hanya bergantung pada ruang fisik dan tatap muka. Begitu juga di dunia peradilan. Dimana sistem kerja, administrasi, hingga proses penegakan hukum kini ditopang oleh teknologi informasi. Di balik layar layar komputer dan jaringan data yang senantiasa aktif, sosok tenaga IT Pengadilan bekerja tanpa banyak terlihat. Kami bukan mau mendaku-daku. Tapi siapa lagi yang bekerja soal ini kalau bukan kami. Memang kami kok penjaga denyut nadi digital lembaga pengadilan kami. Kami bukan bermaksud sombong tapi yang bilang ini pimpinan dan bapak-ibu aparatur teknis peradilan kami. Saya hanya menyampaikan apresiasi ini dalam tulisan. Sekali lagi bukan maksud kami meminta validasi apalagi sok-sok’an soal ini.
Ketika seorang pengguna dengan mudah mengakses e-Court untuk mendaftarkan perkara, e-Berpadu untuk koordinasi antar lembaga, atau SIP untuk memantau jalannya persidangan, belum banyak yang menyadari bahwa di balik kemudahan dan jaringan ini tetap menyala, ada tim IT yang selalu bekerja dalam senyap.
Kami memastikan server tetap hidup 24 jam, jaringan tidak terputus, dan setiap aplikasi berjalan stabil. Saat sistem mengalami gangguan, kami hadir paling pertama bahkan ikut memperbaiki gadget para Yang Mulia jika mengalami trouble. Salah satu ukuran keberhasilan “anak IT” adalah ketika semuanya berjalan lancar tanpa keluhan, itu adalah tanda kerja kami berhasil.
Spirit Pengabdian Tanpa Pamrih
Menjadi tenaga IT di pengadilan bukan sekadar urusan teknis, tapi juga bentuk pengabdian. Kami bukan hanya menjaga perangkat keras dan lunak, tapi juga menjaga kepercayaan publik terhadap peradilan modern. Setiap klik, setiap akses, setiap data yang tersimpan dengan aman adalah bagian dari integritas lembaga.
Dengan semangat “melayani tanpa terlihat” kami bekerja bukan untuk sorotan atau pujian, melainkan demi memastikan pelayanan hukum tetap berjalan, kapan pun dibutuhkan masyarakat. Ketika hakim memerlukan data perkara, ketika panitera harus mengunggah dokumen, atau ketika publik ingin memantau transparansi perkara, semua itu kami kawal agar berjalan mulus pada sistem digital.
Dibalik meja kerja yang dipenuhi kabel dan layar monitor, tantangan kami tak kalah berat. Gangguan jaringan, pembaruan sistem, ancaman siber, hingga keterbatasan infrastruktur sering menjadi ujian. Namun, kami menjawab semua itu dengan ketekunan dan rasa tanggung jawab tinggi. Anggaran yang terbatas pada sarpras tidak mengurangi dedikasi kami. Kami berupaya menjadi garda depan sekaligus penjaga gerbang digital lembaga peradilan. Kami senang bekerja di dunia ini memastikan roda administrasi modern terus berputar.
